Rasulullah Di Bulan Ramadhan -
بسم الله والحمد لله وصلى الله على رسول الله وعلى آله وأصحابه ومن اهتدى بهداه، أما بعد
akan kembali mendatangi kita. Kedatangannya yang terhitung jarang,
hanya sekali dalam setahun menumbuhkan kerinduan mendalam di hati kaum
Muslimin. Itulah Ramadhân, bulan yang sangat dikenal dan benar-benar
ditunggu kehadirannya oleh kaum Muslimin. Kemuliaanya diabadikan dalam
al-Qur'ân dan melalui untaian-untaian sabda Rasûlullâh. Allâh menjadikannya
sarat dengan kebaikan, mulai dari awal Ramadhan sampai akhir. Allâh Azza
wa Jalla berfirman
شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنزِلَ فِيهِ الْقُرْآنُ هُدًى لِّلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِّنَ الْهُدَىٰ وَالْفُرْقَانِ "
(Beberapa
(Beberapa
hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhân, bulan yang di dalamnya
diturunkan (permulaan) al-Qur'ân sebagai petunjuk bagi manusia dan
penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak
dan yang bathil)".[al-Baqarah/2:185]
Rasulullah Di Bulan Ramadhan
بسم الله والحمد لله وصلى الله على رسول الله وعلى آله وأصحابه ومن اهتدى بهداه، أما بعد Tamu agung nan penuh
barakah akan kembali mendatangi kita. Kedatangannya yang terhitung jarang,
hanya sekali dalam setahun menumbuhkan kerinduan mendalam di hati kaum
Muslimin. Itulah Ramadhân, bulan yang sangat dikenal dan benar-benar
ditunggu kehadirannya oleh kaum Muslimin. Kemuliaanya diabadikan dalam
al-Qur'ân dan melalui untaian-untaian sabda Rasûlullâh. Allâh menjadikannya
sarat dengan kebaikan, mulai dari awal Ramadhan sampai akhir. Allâh Azza
wa Jalla berfirman
شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنزِلَ فِيهِ الْقُرْآنُ هُدًى لِّلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِّنَ الْهُدَىٰ وَالْفُرْقَانِ "(Beberapa
hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhân, bulan yang di dalamnya
diturunkan (permulaan) al-Qur'ân sebagai petunjuk bagi manusia dan
penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak
dan yang bathil)".[al-Baqarah/2:185] Pada bulan ini Allah menurunkan al
-Qur'ân. Berbagai keutamaan lainnya, seperti pengampunan dosa, peninggian
derajat kaum Mukminin, pahala semua kebaikan dilipatgandakan, dan pada
setiap malam Ramadhan, Allah membebaskan banyak jiwa dari api neraka.
Pada bulan mulia ini, pintu-pintu Surga dibuka lebar dan pintu-pintu neraka
ditutup rapat, setan-setan juga dibelenggu. Pada bulan ini juga ada dua
malaikat yang turun dan berseru, "Wahai para pencari kebaikan, sambutlah !
Wahai para pencari kejelekan, berhentilah !" Pada bulan Ramadhân terdapat
satu malam yang lebih utama dari seribu bulan. Orang yang tidak
mendapatkannya berarti dia terhalang dari kebaikan yang sangat banyak. ***
Mengikuti petunjuk Nabi yang mulia dalam melakukan ketaatan adalah hal
yang sangat urgen, terlebih pada bulan Ramadhan. Karena amal shalih yang
dilakukan oleh seorang hamba tidak akan diterima kecuali jika dia ikhlash dan
mengikuti petunjuk Rasûlullâh. Jadi, keduanya merupakan rukun diterimanya
amal shalih. Dibawah ini adalah beberapa kebiasaan dan petunjuk Rasûlullâh
pada bulan Ramadhân : a). Rasûlullâh tidak akan memulai puasa kecuali jika
beliau sudah benar-benar melihat hilal atau berdasarkan berita dari orang
yang bisa dipercaya tentang munculnya hilal atau dengan menyempurnakan
bilangan Sya'bân menjadi tiga puluh. b). Berita tentang terbitnya hilal tetap
beliau terima sekalipun dari satu orang dengan catatan orang tersebut bisa
dipercaya. Ini menunjukan bahwa khabar ahad bisa diterima. c). Rasûlullâh
melarang umatnya mengawali Ramadhân dengan puasa satu atau dua hari
sebelumnya kecuali puasa yang sudah terbiasa dilakukan oleh seseorang. Oleh
karena itu, beliau n melarang umatnya berpuasa pada hari Syak (yaitu hari
yang masih diragukan, apakah sudah tanggal satu Ramadhan ataukah masih
tanggal 30 Sya'bân-red) d). Rasûlullâh berniat untuk melakukan puasa saat
malam sebelum terbit fajar dan beliau menyuruh umatnya untuk melakukan
hal yang sama. Hukum ini hanya berlaku untuk puasa-puasa wajib, tidak untuk
puasa sunat. e). Beliau tidak memulai puasa sampai benar-benar terlihat fajar
shadiq dengan jelas. Ini dalam rangka merealisasikan firman Allâh :
وَكُلُوا وَاشْرَبُوا حَتَّىٰ يَتَبَيَّنَ لَكُمُ الْخَيْطُ الْأَبْيَضُ مِنَ الْخَيْطِ الْأَسْوَدِ مِنَ الْفَجْرِ "Dan makan serta minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam, yaitu
fajar". [al-Baqarah/2:187] f). Beliau menyegerakan berbuka dan
mengakhirkan sahur. Beliau bersabda : لَا تَزَالُ أُمَّتِي بِخَيْرٍ مَا عَجَّلُوا الْفِطْرَ "Umatku senantiasa baik selama mereka menyegerakan berbuka" g). Jarak antara sahur
Rasûlullâh dan iqâmah seukuran bacaan lima puluh ayat h). Rasûlullâh
memiliki akhlak yang sangat mulia. Beliau adalah orang yang paling mulia
akhlaknya. Bagaimana tidak, akhlak beliau adalah al-Qur'ân, sebagaimana
diceritakan oleh Aisyah. Beliau sangat menganjurkan umatnya untuk
berakhlak mulia, orang-orang yang sedang menunaikan ibadah berpuasa.
Rasûlullâh bersabda : مَنْ لَمْ يَدَعْ قَوْلَ الزُّورِ وَالْعَمَلَ بِهِ فَلَيْسَ لِلَّهِ حَاجَةٌ فِي أَنْ يَدَعَ
طَعَامَهُ وَشَرَابَهُ
"Barangsiapa yang tidak meninggalkan perkatan dan perbuatan dusta, maka
tidak membutuhkan puasanya sama sekali". i). Rasûlullâh sangat
memperhatikan muamalah yang baik dengan keluarganya. Pada bulan
Ramadhân, kebaikan beliau kepada keluarga semakin meningkat lagi. j).
Puasa tidak menghalangi beliau untuk sekedar memberikan kecupan manis
kepada para istrinya. Beliau adalah orang yang paling kuat menahan nafsunya.
k). Beliau tidak meninggalkan siwak, baik di bulan Ramadhân maupun diluar
Ramadhân guna membersihkan mulutnya dan upaya meraih keridhaan Allâh.
l). Rasûlullâh pernah berbekam padahal beliau sedang menunaikan ibadah
puasa. Beliau membolehkan umatnya untuk berbekam sekalipun sedang
berpuasa. Pendapat yang kontra dengan ini berarti mansukh (telah dihapus).
m). Rasûlullâh pernah berjihad pada bulan Ramadhân dan menyuruh para
shahabatnya untuk membatalkan puasa mereka supaya kuat saat berhadapan
dengan musuh. Diantara bukti Rasûlullâh sayang kepada umatnya yaitu beliau
membolehkan orang yang sedang dalam perjalanan, orang yang sakit dan
orang yang lanjut usia serta wanita hamil dan menyusui untuk membatalkan
puasanya. n). Rasûlullâh lebih bersungguh-sungguh dalam menjalankan ibadah
pada bulan Ramadhân bila dibandingkan dengan bulan-bulan lain, terutama
pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadhân untuk mencari lailatul qadr. o).
Rasûlullâh beri'tikaf pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadhân kecuali pada
tahun menjelang wafat, beliau beri'tikaf selama dua puluh hari. Ketika
beri'tikaf, beliau selalu dalam keadaan berpuasa p). Ramadhân adalah syahrul
Qur'ân (bulan al-Qur'ân), sehingga tadarus al-Qur'ân menjadi rutinitas beliau,
bahkan tidak ada seorangpun yang sanggup menandingi kesungguh
-sungguhan beliau dalam tadarus al-Qur'ân. Malaikat Jibril senantiasa datang
menemui beliau untuk tadarus al-Qur'ân dengan Rasûlullâh. q). Rasûlullâh
adalah orang yang dermawan. Kedermawanan beliau di bulan Ramadhân tidak
bisa digambarkan dengan kata-kata. Kedermawanan beliau ibarat angin yang
bertiup membawa kebaikan, tidak takut kekurangan sama sekali. r).
Rasûlullâh adalah seorang mujahid sejati. Ibadah puasa yang sedang beliau
jalankan tidak menyurutkan semangat beliau dalam berbagai aktivitas.
Intinya, pada masa hidup Rasûlullâh, bulan Ramadhân merupakan bulan yang
penuh dengan keseriusan, perjuangan dan pengorbanan. Bukan bulan saat
bersantai, malas-malasan atau bahkan bulan menganggur atau istirahat.
Semoga Allâh Azza wa Jalla memberikan taufik kepada kita untuk selalu
mengikuti jejak Rasûlullâh Shallallahu 'alaihi wa sallam, hidup kita diatas
sunnah dan semoga Allah Azza wa Jalla mewafatkan kita juga dalam keadaan
mengikuti sunnah Rasûlullâh Shallallahu 'alaihi wa sallam
.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar