Plalist untuk lagu islami

Minggu, 14 Agustus 2011

Rasulullah Di Bulan Ramadhan





Rasulullah Di Bulan Ramadhan -

 بسم الله والحمد لله وصلى الله على رسول الله وعلى آله وأصحابه ومن اهتدى بهداه، أما بعد


Tamu agung nan penuh barakah

akan kembali mendatangi kita. Kedatangannya yang terhitung jarang,
 hanya sekali dalam setahun menumbuhkan kerinduan mendalam di hati kaum
 Muslimin. Itulah Ramadhân, bulan yang sangat dikenal dan benar-benar
 ditunggu kehadirannya oleh kaum Muslimin. Kemuliaanya diabadikan dalam
 al-Qur'ân dan melalui untaian-untaian sabda Rasûlullâh. Allâh menjadikannya
 sarat dengan kebaikan, mulai dari awal Ramadhan sampai akhir. Allâh Azza


 wa Jalla berfirman
شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنزِلَ فِيهِ الْقُرْآنُ هُدًى لِّلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِّنَ الْهُدَىٰ وَالْفُرْقَانِ "

(Beberapa
 hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhân, bulan yang di dalamnya
 diturunkan (permulaan) al-Qur'ân sebagai petunjuk bagi manusia dan
 penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak
  dan yang bathil)".[al-Baqarah/2:185]


Rasulullah Di Bulan Ramadhan


Rasulullah Di Bulan Ramadhan




بسم الله والحمد لله وصلى الله على رسول الله وعلى آله وأصحابه ومن اهتدى بهداه، أما بعد Tamu agung nan penuh
 barakah akan kembali mendatangi kita. Kedatangannya yang terhitung jarang,
 hanya sekali dalam setahun menumbuhkan kerinduan mendalam di hati kaum
 Muslimin. Itulah Ramadhân, bulan yang sangat dikenal dan benar-benar
 ditunggu kehadirannya oleh kaum Muslimin. Kemuliaanya diabadikan dalam
 al-Qur'ân dan melalui untaian-untaian sabda Rasûlullâh. Allâh menjadikannya
 sarat dengan kebaikan, mulai dari awal Ramadhan sampai akhir. Allâh Azza
 wa Jalla berfirman
شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنزِلَ فِيهِ الْقُرْآنُ هُدًى لِّلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِّنَ الْهُدَىٰ وَالْفُرْقَانِ "(Beberapa
 hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhân, bulan yang di dalamnya
 diturunkan (permulaan) al-Qur'ân sebagai petunjuk bagi manusia dan
 penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak
 dan yang bathil)".[al-Baqarah/2:185] Pada bulan ini Allah menurunkan al
-Qur'ân. Berbagai keutamaan lainnya, seperti pengampunan dosa, peninggian
 derajat kaum Mukminin, pahala semua kebaikan dilipatgandakan, dan pada
 setiap malam Ramadhan, Allah membebaskan banyak jiwa dari api neraka.
 Pada bulan mulia ini, pintu-pintu Surga dibuka lebar dan pintu-pintu neraka
 ditutup rapat, setan-setan juga dibelenggu. Pada bulan ini juga ada dua
 malaikat yang turun dan berseru, "Wahai para pencari kebaikan, sambutlah !
 Wahai para pencari kejelekan, berhentilah !" Pada bulan Ramadhân terdapat
 satu malam yang lebih utama dari seribu bulan. Orang yang tidak
 mendapatkannya berarti dia terhalang dari kebaikan yang sangat banyak. ***
 Mengikuti petunjuk Nabi yang mulia dalam melakukan ketaatan adalah hal
 yang sangat urgen, terlebih pada bulan Ramadhan. Karena amal shalih yang
 dilakukan oleh seorang hamba tidak akan diterima kecuali jika dia ikhlash dan
 mengikuti petunjuk Rasûlullâh. Jadi, keduanya merupakan rukun diterimanya
 amal shalih. Dibawah ini adalah beberapa kebiasaan dan petunjuk Rasûlullâh
 pada bulan Ramadhân : a). Rasûlullâh tidak akan memulai puasa kecuali jika
 beliau sudah benar-benar melihat hilal atau berdasarkan berita dari orang
 yang bisa dipercaya tentang munculnya hilal atau dengan menyempurnakan
 bilangan Sya'bân menjadi tiga puluh. b). Berita tentang terbitnya hilal tetap
 beliau terima sekalipun dari satu orang dengan catatan orang tersebut bisa
 dipercaya. Ini menunjukan bahwa khabar ahad bisa diterima. c). Rasûlullâh
 melarang umatnya mengawali Ramadhân dengan puasa satu atau dua hari
 sebelumnya kecuali puasa yang sudah terbiasa dilakukan oleh seseorang. Oleh
 karena itu, beliau n melarang umatnya berpuasa pada hari Syak (yaitu hari
 yang masih diragukan, apakah sudah tanggal satu Ramadhan ataukah masih
 tanggal 30 Sya'bân-red) d). Rasûlullâh berniat untuk melakukan puasa saat
 malam sebelum terbit fajar dan beliau menyuruh umatnya untuk melakukan
 hal yang sama. Hukum ini hanya berlaku untuk puasa-puasa wajib, tidak untuk
 puasa sunat. e). Beliau tidak memulai puasa sampai benar-benar terlihat fajar
 shadiq dengan jelas. Ini dalam rangka merealisasikan firman Allâh :

وَكُلُوا وَاشْرَبُوا حَتَّىٰ يَتَبَيَّنَ لَكُمُ الْخَيْطُ الْأَبْيَضُ مِنَ الْخَيْطِ الْأَسْوَدِ مِنَ الْفَجْرِ "Dan makan serta minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam, yaitu
 fajar". [al-Baqarah/2:187] f). Beliau menyegerakan berbuka dan
 mengakhirkan sahur. Beliau bersabda : لَا تَزَالُ أُمَّتِي بِخَيْرٍ مَا عَجَّلُوا الْفِطْرَ "Umatku senantiasa baik selama mereka menyegerakan berbuka" g). Jarak antara sahur
 Rasûlullâh dan iqâmah seukuran bacaan lima puluh ayat h). Rasûlullâh
 memiliki akhlak yang sangat mulia. Beliau adalah orang yang paling mulia
 akhlaknya. Bagaimana tidak, akhlak beliau adalah al-Qur'ân, sebagaimana
 diceritakan oleh Aisyah. Beliau sangat menganjurkan umatnya untuk
 berakhlak mulia, orang-orang yang sedang menunaikan ibadah berpuasa.
 Rasûlullâh bersabda : مَنْ لَمْ يَدَعْ قَوْلَ الزُّورِ وَالْعَمَلَ بِهِ فَلَيْسَ لِلَّهِ حَاجَةٌ فِي أَنْ يَدَعَ
طَعَامَهُ وَشَرَابَهُ
"Barangsiapa yang tidak meninggalkan perkatan dan perbuatan dusta, maka
 tidak membutuhkan puasanya sama sekali". i). Rasûlullâh sangat
 memperhatikan muamalah yang baik dengan keluarganya. Pada bulan
 Ramadhân, kebaikan beliau kepada keluarga semakin meningkat lagi. j).
 Puasa tidak menghalangi beliau untuk sekedar memberikan kecupan manis
 kepada para istrinya. Beliau adalah orang yang paling kuat menahan nafsunya.
 k). Beliau tidak meninggalkan siwak, baik di bulan Ramadhân maupun diluar
 Ramadhân guna membersihkan mulutnya dan upaya meraih keridhaan Allâh.
 l). Rasûlullâh pernah berbekam padahal beliau sedang menunaikan ibadah
 puasa. Beliau membolehkan umatnya untuk berbekam sekalipun sedang
 berpuasa. Pendapat yang kontra dengan ini berarti mansukh (telah dihapus).
 m). Rasûlullâh pernah berjihad pada bulan Ramadhân dan menyuruh para
 shahabatnya untuk membatalkan puasa mereka supaya kuat saat berhadapan
 dengan musuh. Diantara bukti Rasûlullâh sayang kepada umatnya yaitu beliau
 membolehkan orang yang sedang dalam perjalanan, orang yang sakit dan
 orang yang lanjut usia serta wanita hamil dan menyusui untuk membatalkan
 puasanya. n). Rasûlullâh lebih bersungguh-sungguh dalam menjalankan ibadah
 pada bulan Ramadhân bila dibandingkan dengan bulan-bulan lain, terutama
 pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadhân untuk mencari lailatul qadr. o).
 Rasûlullâh beri'tikaf pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadhân kecuali pada
 tahun menjelang wafat, beliau beri'tikaf selama dua puluh hari. Ketika
 beri'tikaf, beliau selalu dalam keadaan berpuasa p). Ramadhân adalah syahrul
 Qur'ân (bulan al-Qur'ân), sehingga tadarus al-Qur'ân menjadi rutinitas beliau,
 bahkan tidak ada seorangpun yang sanggup menandingi kesungguh
-sungguhan beliau dalam tadarus al-Qur'ân. Malaikat Jibril senantiasa datang
 menemui beliau untuk tadarus al-Qur'ân dengan Rasûlullâh. q). Rasûlullâh
 adalah orang yang dermawan. Kedermawanan beliau di bulan Ramadhân tidak
 bisa digambarkan dengan kata-kata. Kedermawanan beliau ibarat angin yang
 bertiup membawa kebaikan, tidak takut kekurangan sama sekali. r).
 Rasûlullâh adalah seorang mujahid sejati. Ibadah puasa yang sedang beliau
 jalankan tidak menyurutkan semangat beliau dalam berbagai aktivitas.
 Intinya, pada masa hidup Rasûlullâh, bulan Ramadhân merupakan bulan yang
 penuh dengan keseriusan, perjuangan dan pengorbanan. Bukan bulan saat
 bersantai, malas-malasan atau bahkan bulan menganggur atau istirahat.
 Semoga Allâh Azza wa Jalla memberikan taufik kepada kita untuk selalu
 mengikuti jejak Rasûlullâh Shallallahu 'alaihi wa sallam, hidup kita diatas
 sunnah dan semoga Allah Azza wa Jalla mewafatkan kita juga dalam keadaan
 mengikuti sunnah Rasûlullâh Shallallahu 'alaihi wa sallam


.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar